CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Jumat, 17 April 2009

PENERAPAN E- LEARNING DALAM PEMBELAJARAN SUATU LANGKAH INOVASI

Artikel:
PENERAPAN E- LEARNING DALAM PEMBELAJARAN SUATU LANGKAH INOVASI
Nama & E-mail (Penulis): MOHAMAD JURI,S.Pd,MMPd Guru di SDN Omben II Sampang Madura
I. Pendahuluan

Kemajuan suatu bangsa salah satu indikatornya, dapat dilihat dari perkembangan dunia pendidikan pada bangsa tersebut. Kemajuan pendidikan juga menggambarkan tingkat tingginya kebudayaan suatu bangsa. Kemajuan sektor pendidikan akan berpengaruh cukup signifikan terhadap kemajuan suatu bangsa, khususnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Demikian pula sebaliknya kemajuan suatu bangsa berpengaruh yang cukup signifikan pula terhadap sektor pendidikannya.

Sekarang bagaimana halnya dengan perkembangan kemajuan pendidikan di negara kita. Kalau kita amati secara kasustik perkembangan pendidikan di negara kita sebenarnya cukup menggembirakan, seperti telah diraihnya prestasi juara I Olympiade Fisika Internasional beberapa kali oleh putera - puteri Indonesia. Hanya saja prestasi ataupun tingkat kemajuan pendidikan di negara kita justru menggambarkan hal yang sebaliknya. Ini terungkap dari hasil penelitian yang oleh lembaga-lembaga internasional yang berkompeten mengadakan penelitian di bidang pendidikan. Bahkan kita berada jauh di bawah Malaysia, dan Singapura, dan yang sangat mengagetkan kita justru berada di bawah Vietnam.

Terlepas dari kriteria - kriteria yang dijadikan acuan dari penelitian tersebut, yang jelas dari hasil penelitian itu, sudah menggambarkan kondisi pendidikan di negara kita saat ini. Hal ini tentunya akan menjadi pemicu bagi kita semua yang kerkecimpung dalam dunia pendidikan untuk lebih meningkatkan kinerja dan inovasi -inovasi dalam dunia pendidikan .

Salah satu inovasi yang perlu dilakukan menurut penulis adalah model dari pelaksanaan pembelajaran. Hal ini perlu dilakukan sebab dalam kegiatan pembelajaran inilah transfer berbagai kompetensi berlangsung.

Sesuai dengan kondisi saat ini dimana perkembangan teknologi sangat pesat, khususnya di bidang teknologi informasi. Jadi sudah merupakan keharusan untuk memanfaatkan teknologi informasi tersebut ke dalam dunia pendidikan khususnya di Sekolah Dasar.

Artikel ini sengaja ditulis untuk memberikan masukan dan sumbang saran agar model pembelajaran di Sekolah Dasar terjadi perubahan ke arah peningkatan yang lebih signifikan dibandingkan kondisi yang ada saat ini. Menurut penulis eksistensi pembelajaran yang ada di sekolah dasar saat ini pada umumnya masih teacher sentris, dan belum memanfaatkan media pembelajaran secara optimal, khususnya belum memanfaatkan media teknologi informasi, khususnya internet.

II. Dasar Pemikiran Strategi Penerapan E-Learning dalam Pembelajaran.

a. Tinjauan Kondisi Pembelajaran di Sekolah Dasar Saat ini.

E. Mulyasa, 2005 menyatakan bahwa guru, kreatif, profesional, dan menyenangkan harus memiliki berbagai konsep dan cara untuk mendongkrak kualitas pembelajaran. Langkah untuk mendongkarak kualitas pembelajaran antara lain dengan mengembangkan kecerdasan emosi, mengembangkan kreatifitas

dalam pembelajaran, mendisiplinkan peserta didik dengan kasih sayang, membangkitkan nafsu belajar, memecahkan masalah, mendayagunakan sumber belajar, dan melibatkan masyarakat dalam pembelajaran.

Sesuai dengan pendapat di atas ada satu hal yang menarik perhatian penulis yaitu mendayagunakan sumber belajar. Disini sesuai benar dengan harapan penulis bahwa sumber belajar untuk kegiatan pembelajaran harus lebih variatif, hal ini untuk meningkatkan kualitas dari mutu pembelajaran itu sendiri. Salah satu sumber belajar yang sangat sedikit disentuh adalah sumber belajar yang memanfaatkan media elektronika atau komputer. Hal ini tidak terlepas dari minimnya penguasaan guru-guru di Sekolah Dasar terhadap media ini, disebabkan pula kerena adanya beberapa sekolah di tanah air kita yang belum memliliki alat tersebut dengan berbagai alasan, tidak ada dana, tidak ada tenaga yang mampu mengoperasikan dan lain-lain. Sebagai akibatnya kegiatan pembelajaran berlangsung dengan memanfaatkan sumber belajar yang itu- itu saja, yaitu guru dan buku. Sebagai akibat dari kondisi ini siswa akan belajar dengan situasi yang monoton dari hari ke hari.

Dan sudah umum yang terjadi di lapangan saat ini yaitu bahwa pembelajaran terjadi dengan dominansi dari guru. Artinya pembelajaran berlangsung dengan peranan guru yang sangat dominan, dan umumnya metode yang sering digunakan adalah metode ceramah. Dengan kondisi seperti ini pembelajaran berlangsung secara teacher centrys.

b. Kondisi Pembelajaran yang Berkualitas

Istilah pembelajaran sendiri, mengacu pada segala daya dan upaya yang sengaja dikondisikan untuk terjadinya proses belajar pada diri siswa. Sedangkan istilah belajar sendiri memeliki pengertian, suatu proses fisik dan psikis pada diri siswa. Dimana seseorang yang menagalami peristiwa belajar akan berbeda keadaannya dengan kondisi sebelum dia mengalami belajar, seperti dia akan semakin memiliki banyak pengetahuan ( kognitif ), memiliki sikap yang semakin dewasa ( afektif ), dan memiki beberapa keterampilan gerak, yang juga semakin bertambah ( psikomotor ).

Oemar Hamalik, 2001 menyatakan bahwa Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Di dalam interaksi inilah terjadi serangkaian pengalaman belajar. Sedangkan William Burton, mengemukakan bahwa A good learning situation consist of a rich and varied series of learning experiences unified around a vigorrous purpose and carried on in interaction with a rich, varied and propocative environment.

Sudjana, 1991 menyatakan bahwa kondisi pembelajaran yang berkualitas dipengaruhi oleh faktor-faktor : Tujuan pengajaran yang jelas, bahan pengajaran yang memadahi, metodelogi pengajaran yang tepat, dan cara penilaian yang baik. Bahan pengajaran adalah seperangkat materi keilmuan yang terdiri atas fakta, konsep, prinsip, generalisasi suatu ilmu pengetahuan yang bersumber dari kurikulum. Saat ini hal-hal tersebut akan merupakan suatu kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa.

Di dalam metodelogi pengajaran ada dua aspek yang paling menunjol yaitu metode mengajar dan media pengajaran, sebagai alat bantu mengajar, dimana media pengajaran ini merupakan salah satu lingkungan belajar yang dikonsikan oleh guru.

Salah satu ciri dari pelaksanaan pembelajaran yang berkualitas adalah dimanfaatkannya media pembelajaran, dalam proses pembelajaran. Di zaman yang serba canggih seperti kondisi saat ini dimana teknologi berkembang sedemikian pesatnya, komputer sudah bukan merupakan barang yang langka dan mewah. Dengan adanya media komputer sebagai pengolah informasi sudah selayaknyalah apabila di tiap- tiap sekolah dasar minimal memiliki satu unit komputer. Baik komputer sebagai sarana pengolah administrsi sekolah, dan akan lebih baik lagi apabila komputer dapat berfungsi sebagai media pembelajaran bagi siswa.

c. Tinjauan tentang E- Learning

Istilah E - learning tergolong hal baru dan hal aktual dalam khasanah perkekembangan Ilmu pengetahuan. Istilah ini muncul seiring dengan perkembangan kemajuan dunia elektronika yang berkembang saat ini. Artinya mencari literatur yang membahas tentang e - learning ini untuk saat ini tergolong sulit.

Dalam hal ini penulis berupaya menganalis e - learning dari susunan kata - kata e-learning itu sendiri. Istilah e-learning muncul seiring dengan dimanfaatkannya alat- alat elektronika dalam kehidupan manusia, terutama teknologi yang berbasiskan komputer sebagai alat pengolah data dan informasi. Dan terlebih lagi dengan dimanfaatkan atau munculnya internet dalam kehidupan manusia. Istilah e-learning muncul seiring dengan munculnya istilah e-e yang lain, seperti: E-Goverment ( strategi pembangunan dan pengembangan sistem pelayanan publik berbasis teknologi digital), E-Tendering, dan lain-lain.

Istilah E-Learning sebenarnya merupakan frase yang tersusun dari dua kata yaitu kata Electronic disingkat E, dan kata Learning yang dalam bahasa Indonesia berarti pembelajaran. Dengan demikian e-learning memiliki pengertian " Pembelajaran dengan memakai atau memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi ".

Perkembangan teknologi komonikasi saat ini semakin canggih. Kalau pada awalnaya jaringan sarana komonikasi masih memanfaatkan kabel, maka saat ini jaringan komunikasi sudah memanfaatkan gelombang elektromagnetik atau gelombang radio yang tanpa kabel. Saat ini kebanyakan orang sudah memanfaatkan informasi dengan memanfaatkan jaringan data pada komputer dengan cara mengadakan koneksi ke komputer lain, hal ini dikenal dengan istilah internet. Dengan adanya jaringan internet ini seseorang dapat mengakses data apa saja dengan melakukan browsing ke berbegai penyelia data ( server ) di berbegai belahan bumi ini. Artinya dengan adanya internet ini masalah ruang tidak menjadi halangan. Sebagai misal kita dapat mengakses data dari berbagai tempat di Amerika dengan memanfaatkan layanan Yahoo, hanya dalam hitungan detik, berbagai data berhasil kita akses.

Data-data tersebut sebenarnya dapat kita manfaatkan sebagai materi pembelajaran ( learning ) di sekolah dasar. Tentunya dalam hal ini diperlukan suatu keterampilan khusus, yang pertama keterampilan memanfaatkan atau mengoperasikan komputer, dan yang terutama penguasaan dalam menggunakan fasilitas internet. Disini dibutuhkan guru yang terampil, yang pertama terampil mengeperasikan komputer, dan yang selanjutnya harus terampil pula memanfaatkan internet. Jika hal ini terpenuhi maka teknologi komunikasi dan informasi yang ada pada internet dapat digunakan dalam pembelajaran.

d. Upaya Memanfaatkan E-learning untuk Meningkatkan kualitas Pembelajaran di Sekolah Dasar

Tidak dapat dipungkiri bahwa eksistensi sekolah-sekolah dasar di negara kita sangat beragam. Hal ini tidak terlepas dari faktor giografis dan topografis di negara kita yang beragam pula. Ditambah pula adanya faktor kultural yang ada pada berbagai suku juga beragam.

Terlepas dari hal diatas telah kita ketahui bersama bahwa keberadaan seperangkat komputer pada suatu sekolah sampai saat ini secara garis besar masih cukup jarang, artinya sekolah yang memiliki fasilitas komputer dengan sekolah yang belum memiliki fasilitas komputer masih banyak yang belum memiliki fasilitas komputer. Hal ini dikarenakan beberapa faktor, yaitu (1) faktor dana, artinya sekolah tidak cukup dana untuk membeli seperangkat komputer, (2) faktor kemampuan penguasaan teknologi, maksudnya masih banyak guru di sekolah dasar belum mampu mengoperasikan komputer ( GAPTEK = Gagap Teknologi ), (3) Faktor lain, misalnya faktor keamanan. Sekolah yang tidak aman enggan untuk membeli komputer.

Penulisan artikel ini mengacu pada sekolah-sekolah yang telah memiliki dan memanfaatkan komputer. Syarat sebuah komputer agar dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran yang memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi, adalah komputer tersebut harus dapat dikoneksikan ke internet. Tidak semua komputer dapat dikoneksikan ke internet. Sebagai mana yang dijelaskan Mico Pardosi 2000, komputer akan dapat dikoneksikan ke internet apabila memiliki persaratan berikut:

1) Komputer tersebut harus dilengkapi dengan modem, baik modem internal maupun modem eksternal.

2) Komputer dengan prosessor Pentium 100 Mhz (minimal), lebih tinggi lebih baik.

3) Memiliki jaringan telepon, atau wareless .

4) Meng- install program Internet ( browser) ke dalam komputer, misalnya Internet Explorer.

5) Mendaftarkan diri ke ISP ( Perusahaan Penyelia Jasa Internet) yang ada, misalnya RADNET, INDONET, MEGANET, atau TELKOMNET ).

Fasilitas internet dapat dimanfaatkan sebagai media dalam pembelajaran atau e- learning yaitu dengan memanfaatkan menu search, yaitu:

1) Hubungkan komputer ke ISP

2) Setelah komputer terhubung ke ISP, klik ganda Internet Explorer,

3) Klik menu search,

4) Ketik web atau data yang akan dicari pada kotak yang tersedia misalnya kata" habitat " , maka kita akan kita dapatkan data -data yang berhubungan dengan habitat. Demikian pula apabila kita mengetikkan kata-kata yang lain tentu kita akan memperoleh data -data yang kita inginkan.

Disinilah letak essensialnya internet sebagai teknologi komonikasi dan informasi yang dapat dimanfaatkan dalam dunia pembelajaran, atau E-learning.

Dengan kecanggihan internet, apabila dapat dimanfaatkan dengan tepat, maka akan menjadi sumber belajar yang sangat lengkap, ibarat sebuah perpustakaan yang menyediakan berbagai referensi.

III. Penutup

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari uraian di atas adalah:

1) Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan dengan pemanfaatan E-learning ( Pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi dalam pembelajaran ).

2) E- learning merupakan merupakan inovasi yang sangat tepat untuk dikembangkan di sekolah dasar saat ini sesuai dengan perkembangan teknologi yang sedemikian pesat, demikian pula dengan perkembangan informasi yang tak kalah pesatnya.

Ada beberapa hal yang perlu penulis sarankan, agar e-learning ( Pemanfaatan Internet ), di sekolah Dasar berjalan optimal :

1) Seharusnya tiap sekolah memiliki komputer yang dapat diakseskan ke internet ( langkah ini perlu difasilitasi oleh pemerintah ).

2) Seluruh sekolah harus memeliki jaringan telepon.

3) Perlu Diklat yang dapat melatih guru SD agar terampil menggunakan Komputer, seperti Diklat KKPI JARDIKNAS, salah satunya.

4) Dan yang tak kalah pentingnya lagi sebagai langkah " Pre Sercvice Training " seorang mahasiswa calon guru SD sudah selayaknya menerima mata kuliah tentang IT

Information teknologi dari bangku kuliah Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan.

Penulis adalah Guru SDN Omben II Sampang, meraih gelar Magister Manajemen Pendidikan pada Program Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Manajemen IMNI Jakarta ( 22 April 2007 ).

E - mail : madjury@yahoo.co.id.

PUSTAKA ACUAN

E Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

http://en.wikipedia.org/wiki/ E-learning.

Indrajit, Richardus Eko. 2002. Electronic Goverment. Yokyakarta : Penerbit Andi.

Mico Pardosi. 2001. Sistem Operasi Windows dan Internet Secara Cepat dan Mudah. Surabaya: Penerbit Indah.

Oemar Hamalik. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.




Artikel:
KBK dan Stagnasi Inovasi Pembelajaran di PT

Judul: KBK dan Stagnasi Inovasi Pembelajaran di PT
Bahan ini cocok untuk Perguruan Tinggi bagian PENDIDIKAN / EDUCATION.
Nama & E-mail (Penulis): Drs. Sutrisno, M.Sc., Ph.D
Saya Dosen di FKIP Universitas Jambi
Topik: KBK dan Pembelajaran
Tanggal: 17 Agustus 2007
KBK dan Stagnasi Inovasi Pembelajaran di PT

Kurikulum di Perguruan Tinggi (PT) yang semulai berbasis isi berubah menjadi berbasis kompetensi berjalan sangat lamban dan menyisakan berbagai persoalan, terutama terkait dengan model-model pembelajaran untuk mengiringi jalannya perubahan kurikulum dimaksud. Padahal, esensi perubahan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) adalah melaksanakan proses pembelajaran yang terpusat pada mahasiswa bukan pada dosen. Bahkan, di sebagain PTN dan sebagian besar PTS kondisinya masih disibukkan oleh penataan institusi (capacity building), perubahan main set yang merujuk kepada kebijakan paradigma baru PT.

Tuntutan KBK, bagi dosen mampu memformulasikan komponen desain instruksional, penguasaan materi dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai sarana pembelajaran yang terintegrasi dalam upaya mengembangkan semua potensi mahasiswa. Konsekuensinya, inovasi dan kreatifitas dosen dalam mengembangkan model-model pembelajaran sangat dibutuhkan dalam rangka menghasilkan peserta didik yang sanggup bersaing di era globalisasi. Salah satu model yang berkembang melalui problem based learning (PBL), bersifat dinamis berbasis pemecahan masalah, interaktif dan kemajuan belajar yang didasarkan pada penguasaan kompetensi serta produktif sebagai dasar acuannya.

Untuk itu, hendaknya dosen pertama, memfasilitasi sumber belajar baik berupa buku rujukan, hand-out kuliah, journal, bahan kuliah yang berasal dari hasil penelitian dan waktu yang memadai kepada peserta belajar. Kedua, memotivasi mahasiswa dengan memberi perhatian cukup kepada mahasiswa. Memberi materi yang relevan dengan tingkat kemampuan mahasiswa dan dengan situasi yang kontektual. Memberi semangat dan kepercayaan pada mahasiswa bahwa ia dapat mencapai kompetensi yang diharapkan. Memberi kepuasan pada mahasiswa terhadap pembelajaran yang kita jalankan. Ketiga, memberi tutorial yakni pada tataran menunjukkan jalan/cara/ metode yang dapat membantu mahasiswa menelusuri dan menemukan penyelesaian masalah yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Keempat, memberi umpan balik sebagai bentuk monitoring dan mengkoreksi jalan pikiran/hasil kinerjanya agar mencapai sasaran yang optimum sesuai kemampuannya.

Stagnasi inovasi pembelajaran

Namun, faktanya terdapat beberapa kendala yang dihadapi oleh perubahan paradigma pembelajaran disebabkan oleh masih dijumpai cara pandang dosen, bahwa mengajar merupakan pekerjaan yang remeh dan sepele tanpa mempertimbangkan aspek pedagogi dan andragogi peserta belajar. Mengajar tak ubahnya merupakan kegiatan rutin bahkan tanpa persiapan yang memadai, bahkan dilaksanakan dengan mendaur ulang bahan kuliah yang sudah usang. Model pembelajaran yang diretapkan berkisar pada how to transfer of knowledge ketimbang pada tataran bagaimana peserta didik menguasai kompetensi yang ingin dicapai. Aspek senioritas dosen dan berbagai atribut lainnya menambah runyamnya dalam berinovasi.

Sementara itu, infrastruktur TIK yang dibagun melalui proyek INHERENT dari DIKTI sebagai resourses sharing belum dimanfaatkan secara optimal masih dan masih tertumpu pada beberapa PTN penggagas belum memiliki sumbangan yang berarti sebagai sumber belajar sebagai open sources. Khusus di beberapa PTN/ simpol node keberadaan TIK masih dipengaruhi oleh faktor-faktor teknis misalnya listrik yang sering padam dan belum menumbuhkan budaya pembelajaran berbasis TIK. Kurang tanggapnya dosen dalam menyikapi perubahan TIK yang radikal dapat menghambat jalannya transformasi pengembangan pembelajaran dan berimbas pada implementasi KBK.

Kondisi ini diperparah keberadaan pusat sumber pembelajaran di PT belum berfungsi sebagaimana yang diharapkan bahkan di sebagain besar PT kita belum memiliki lembaga berupa pusat sumber belajar (PSB). Sungguh sangat ironis bila dibandingkan dengan PT yang sudah maju. PSB memiliki peran yang sangat strategis bahkan ditopang oleh berbagai journal pembelajaran yang memadai, bidang kimia misalnya tersedia Journal of Chemical Education.

Kendala lain, masih menyelimuti tumbuhnya kreatifitas dosen dalam konteks pembelajaran adalah belum terjadi meritokrasi antara kegiatan penelitian dan pengajaran serta upaya penggalian bidang ilmu yang ditekuni belum sepenuhnya gayut dan singkron, akibatnya yang terjadi dosen asal mengajar saja. Padahal, pendidikan dan pengajaran serta penelitian idealnya merupakan suatu siklus yang saling terkait.

Kegiatan monitoring perkulihanan dilakukan hanya pelengkap borang akreditasi. Belum digunakan sebagai indikator kinerja akademik dosen yang didalamnya termaktup tentang beban ekivalen, keseriusan dalam menjalankan tri dharma maupun komitmen dosen untuk memajukan institusi.

Dari hasil berbagai penelitian terkini yang dilansir dalam journal of mathematics, science and technology, (2007), menunjukkan bahwa dampak dari inovasi dosen dalam konteks pengembangan model pembelajaran sangat berpengaruh terhadap perolehan, sikap, penampilan dan penguasaan konsep dari materi yang dipelajarainya.

Re-orientasi Paradigma Pembelajaran

Untuk menggapai tuntutan KBK dan pengembangan pembelajaran dibutuhkan transparansi dalam pengelolaan pembelajaran melalui monitoring pembelajaran baik secara manual maupun online. Bahkan disebagaikan PT telah menerapkan indek prestasi (IP) dosen sebagai indikator kinerja akademik dosen. Re-orientasi dan perubahan paradigma pembelajaran yang terpusat kepada mahasiswa sejalan dengan tuntutan transparansi proses pendidikan yang sedang digalakkan oleh DIKTI. PT berkewajiban menginformasikannya secara transparan dan akuntabilitas proses penyelenggaraan pendidikan kepada publik.

Untuk itu, perluasan hibah kompetitif pembelajaran di perluas, penelitian tindakan kelas (PTK) sangat dibutuhkan. Selama ini, hibah pembelajaran hanya diperuntukkan bagi dosen LPTK. Melalui grand ini diharapkan dosen memahami akar masalah, penyebab masalah dan solusi alternatif. Menumbuhkan sarana TIK bagi dosen sebagai sarana berinovasi pembelajaran berbasis multimedia dan berkomunikasi antar sejawat sesuai dengan bidang yang diemban tidak bisa ditawar-tawar lagi.

Beberapa rekomendasi penting, inovasi pembelajaran dalam perspektif global berbasis TIK merupakan support untuk pembelajaran yang berkembang secara signifikan sejak tahun 2000, ditulis secara komprehensif oleh Svava Bjarson (2006) dalam bukunya yang bertajuk Technology in Borderless Higher Education.

Di negara-negara maju, dalam tataran teknis rekomendasi kongkrit untuk merespon revolusi pembelajaran terhadap perubahan kurikulum sejalan dengann dengan perubahan paradigma pembelajaran dikelas secara konsisten dengan mempertimbangkan tujuan umum yang ingin dicapai terkait dengan institusi terkait dengan TIK, pencitraan publik. Model ini dikembangkan sebagai upaya menindaklanjuti reformasi pembelajaran di PT yang terkait dengan daya saing dan kualitas pendidikan.

Selaras dengan itu, re-orientasi pembelajaran di PT sudah sepantasnya ditata ulang dengan meninjau visi nya. Orientasi yang merujuk pada pembelajaran berbasis TIK sudah sepatutnya dituangkan dalam rencana strategis dan selanjutnya dituangkan dalam bentuk kebijakan institusi. Membudayakan TIK di kalangan dosen dan mahasiswa yang selanjutnya diterapkan dalam pembelajaran yang difasilitasi oleh institusi merupakan kegiatan rutin yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.

Perubahan kurikulum di PT tidak akan banyak maknanya tanpa diimbangi oleh tindakan kongkrit di dalam kelas. Sungguh sangat kontradiktif kondisi ini apabila dilewatkan begitu saja bagi para pemangku dan pelaku kebijakan. Pada akhirnya, diadopsinya KBK melalui perubahan paradigma pembelajaran sangat bergantung kepada komitmen pengelola dan daya dukung lingkungan akademis. Akankah penyelenggaraan PT berkualitas? Waktu yang akan menjawabnya karena pilihan ada ditangan kita sendiri.

0 komentar: